Cerita Orang desa mengadu nasib di Jakarta
Sampurasun .... Rampes...
Ketemu lagi dengan mamang, kali ini mamang mau cerita tentang Yono dari kampung yang mengadu nasib ke kota Jakarta. Pada bulan awal September 1996 dengan berbekal nekat dan izazah STM, Pakaian 4 stel, sabun mandi, sabun cuci, Pasta gigi, sikat gigi, sisir, cermin dan uang bekal 38 ribu karena yang 2 ribu dibelikan rokok, pergi merantau ke kota Jakarta seorang diri, berangkat dari daerah Malingping, Lebak, Banten karena setelah lulus sekolah sengaja main ke Pamannya di daerah Banten, mungkin bukan berguru dan mencari ilmu kekebalan tapi cuma main ke saudaranya saja
Dia bercita-cita merubah hidupnya dengan mencari pekerjaan di Ibu Kota, ingin mewujudkan cita-citanya sebagai anak yang bisa menjadi kebanggaan nenek dan kakeknya, karena orang tuanya sudah lama meninggalkannya, pertama ditinggalkan Ayahnya ( Meninggal dunia) pada usia 3 tahun, sedangkan Ibunya meninggalkannya ( meninggal dunia) pada waktu dia berusia 5 Tahun dengan kejadian tidak wajar, penyebabnya secara tiba - tiba muntah darah padahal tadinya sehat - sehat saja. Menurut cerita dari tetangga dan nenek ibunya adalah kembang desa.
Yono dengan
bantuan Pamannya yang ada di jakarta dia bertekad untuk bisa
mendapatkan pekerjaan, agar tidak lagi disebut pemuda pengangguran. Meski saat
itu dia tidak tahu harus bekerja apa, tapi dia yakin dengan niat yang
membaja, pasti Tuhan akan memberikan jalan keluar yang terbaik.
Tanggal 13 september 1996 katanya sih tanggal sial tapi Yono bersyukurlah
waktu itu dia diterima di sebuah Perusahaan Konstruksi dengan tes kerja dinyatakan lulus mau tahu tes kerjanya? yaitu bukan di kantoran tapi berjalan di sebatang besi Sabuk Tower crane tanpa alat pegangan dan membawa sebatang kawat las untuk diberikan ke Tukang las yang sedang bekerja mengelas di sabuk TC, dengan ketinggian kira - kira 30 meter dari permukaan tanah, dengan merangkak dan memejamkan mata akhirnya Yono berhasil dari test itu dan diterima kerja, meskipun Cuma kuli kasar atau istilahnya Tukang pikul besi, Pembantu tukang las tapi itu semia dia jadikan suatu pengalaman yang berharga. Dengan upah yang sangat pas-pasan, dia
mencoba untuk tetap bertahan untuk sebuah harapan. Dia adalah pemuda yang
sangat periang, hari-harinya selalu berhiaskan canda tawa, tapi saat menghadapi
masa-masa sulit itu, hampir setiap hari air matanya tak henti-hentinya
menetes karena teringat dengan neneknya, dengan teman-temannya dan dengan segenap kenangannya dikampung halaman.
menetes karena teringat dengan neneknya, dengan teman-temannya dan dengan segenap kenangannya dikampung halaman.
Yono Pertama kali bekerja di proyek pembangunan menara gedung ini BII Jl. MH. Thamrin Jakarta Pusat sebagai kuli kasar, tapi pas jam 3 sore lebih asik dilantai paling atas gedung Lt 38 bersama temannya sambil pegang pesawat deodolit ( alat ukur tanah) untuk meneropong ke arah kolam renang gedung yang ada di bagian selatan *huh dasar Yono*
Lambat
laun dia sudah mulai terbiasa dengan kondisi itu,mulailah dia berani berinteraksi
dengan lingkungan Jakarta yang demikian keras.Saat itu untuk menghemat biaya
hidup dia tidur de bedeng Proyek, atau kadang pulang ke pamannya di daerah
Kemayoran. Kalau pas pulang ke pamannya dia membantu paman dan
bibinya,mulai dari jam 4 pagi, dia harus sudah mencuci piring, nyetrika,pakaian,
dan kuras bak mandi serta nyapu. Padahal waktu itu dia bekerja dari jam 8
pagi,sampai jam 22 malam.
Seterusnya Yono bekerja di proyek ini Komplek Bidakara Jalan Gatot Subroto, tetapi masih di perusahaan konstruksi yang sama sebagai Tukang Gudang tapi masih kuli kasar juga kebiasaan yono memang kalau sore - sore kadang - kadang sengaja ikut bekerja di lantai atas biasa buat cari pemandangan di bawah sana heheheh.
Yono pernah mencoba berenang di tempat ini kolam renang Bidakara meskipun masih dalam percobaan kolam renang, dari pada ndak nyoba sama sekali dan pernah di omelin bapak satpam karena mencuci pakaian di tempat ini " Yono ada - ada saja masa kolam renang buat cuci pakaian hehehe "
Yono pernah berkali kali masuk ketempat ini Auditorium Bidakara, malahan ke paling atasnya loh yaitu pelapon/langit - langitnya, karena kebagian membuat Rangka langit - langitnya hehehe
Yono pernah kegedung ini Menara Graha Niaga Sudirman malahan kelantai paling atas karena pekerjaannya ada di paling atas
Jakarta
demikian panas rasanya, malam tak terasa malam, pagi tak terasa pagi. Semuanya seolah
mati rasa, hanya berburu harta dan kekayaan. Tak peduli mata mengantuk, tak peduli
tubuh lelah, tak peduli hujan lebat mengguyur, semuanya dilakukan demi sebuah
harapan, kasihan Yono yah...
Bagai mana kisah Yono selanjutnya, apakah Yono mampu bertahan di Kota Jakarta yang tidak bersahabat
Atau Tereliminasi dan harus pulang, nantikan dalam cerita Yono selanjutnya....
Bagai mana kisah Yono selanjutnya, apakah Yono mampu bertahan di Kota Jakarta yang tidak bersahabat
Atau Tereliminasi dan harus pulang, nantikan dalam cerita Yono selanjutnya....
Bersambung...