Desa Bendungan di Pagaden Barat kabupaten Subang
Sampurasun ... Rampes ...
Desa Bendungan, sebuah Desa dengan lima dusun; Gardu Besar, Gardu Kecil, Ciyuda, Nanggorak, dan Bendungan.
Desa ini berada di pusat kecamatan Pagaden Barat yang memiliki Sembilan desa.
Dikatakan pusat, sebab
segala aktivitas, terutama empat desa terdekat selalu terpusat di perempatan
desa Bendungan.
Ini Kantor Desa Bendungan
Dan Ini Kantor Kecamatan Pagaden Barat masih satu komplek dengan kantor desa
Kalau ini GOR kantor Desa Bendungan |
Dengan letak geografis seperti ini, desa Bendungan memiliki
potensi percepatan pertumbuhan yang unggul dibandingkan dengan desa-desa di
sekitarnya. Sebagai gambaran, setiap hari senin malam, selalu ada pasar malam
yang letaknya di perempatan desa Bendungan. Pasar malam itu didatangi bukan
hanya oleh warga setempat, warga desa lainnya pun seperti Mekarwangi, Munjul,
Margahayu selalu memadati jalan-jalan di sekitar perempatan untuk memenuhi
kebutuhannya di pasar malam.
Sebagian besar penduduk desa ini bermatapencaharian sebagai
petani pertanian desa Bendungan adalah padi. Jika kita berkeliling, sejauh mata
memandang, hamparan padi hijaulah yang mendominasi mata. Seperti kebanyakan
pola pembagian kerja masyarakat desa, ibu-ibu di desa Bendungan pada umumnya
menjadi ibu rumah tangga tapi ada juga yang menjadi buruk pabrik. aannya.
Karangtaruna desa Bendungan memiliki anak-anak muda
yang sudah 'terpelajar'. Beberapa diantaranya bahkan sudah dan sedang mengenyam
bangku pendidikan tinggi, kebanyakan di Universitas Subang (Unsub). Dengan
begitu, tidak mengherankan jika banyak sekali kegiatan yang dibidani oleh
karangtaruna.
Di bidang kesehatan, dengan segala keterbatasan
pemerintah desa, para warga berswadaya membangun lokasi-lokasi posyandu.
Kader-kader kesehatan pun mulai terbentuk.
di desa Bendungan ini. Semua warga seperti keluarga,
saling mengenal dengan baik satu sama lain.Seperti melihat sebuah keluarga yang
tinggal di rumah besar, beratapkan langit, tidak bersekat dan bertembok, sebuah
rumah yang di namakan: Desa Bendungan.
Dusun Gardu (Gardu Besar atau Gardu Kecil) tempat mamang
tinggal , yang terletak paling jauh dari dusun yang lain, kurang lebih 1-2
kilometer, seakan tidak terjalin komunikasi yang baik terutama jika dilihat
dari sisi kepemudaan. Kalau membandingkan kondisi anak muda di dusun Gardu,
dipandang "bengal dan bandel" dan paling banyak masalah, tidak
seperti di dusun lain yang "baik-baik .
Disinilah salah satu tugas Karang Taruna di Desa Bendungan untuk merangkul mereka. Terpikirkan beberapa cara yang salah satunya adalah membuat sebuah acara rutin entah kompetisi sepak bola atau voli antar dusun dengan melibatkan anak muda disana. Pengadaannyapun secara bergiliran diadakan di lapangan Bendungan dan di lapangan dusun gardu. Tujuannya jelas untuk membaurkan warga dan anak muda antar dusun, dengan harapan anak muda disana terbuka pikirannya dan semangat mudanya disalurkan kepada hal yang baik.
Disinilah salah satu tugas Karang Taruna di Desa Bendungan untuk merangkul mereka. Terpikirkan beberapa cara yang salah satunya adalah membuat sebuah acara rutin entah kompetisi sepak bola atau voli antar dusun dengan melibatkan anak muda disana. Pengadaannyapun secara bergiliran diadakan di lapangan Bendungan dan di lapangan dusun gardu. Tujuannya jelas untuk membaurkan warga dan anak muda antar dusun, dengan harapan anak muda disana terbuka pikirannya dan semangat mudanya disalurkan kepada hal yang baik.
Masalah
paling mendasar dan selalu jadi keluhan warga desa Bendungan adalah tempat
pembuangan akhir untuk sampah. TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang tidak
disediakan pemerintah setempat membuat warga desa seringkali kebingungan harus
menindaklanjuti sampah ini dengan cara apa apa buang kesungai saja hehehe. Maka
ketika tercetus ide untuk membuat program “Pembuatan Tong Sampah” respon dari
warga tidak begitu baik. Sebab meskipun di jalan-jalan disediakan tong sampah,
akan menjadi percuma bila setelah sampah-sampah itu terkumpul, mereka tidak
tahu harus dibuang kemana.
Proposal yang dibuat warga untuk pembukaan lahan TPA
tidak disetujui pemerintah karena katanya APBD untuk pengembangan desa memang
sedikit seharusnya warga melakukan inisiatif sendiri dengan cara gotong-royong
membuka lahan TPA itu. Persoalan lokasinya bisa ditentukan dalam Musyawarah
Rencana Pengembangan Desa. Jadi tidak ada salahnya jika warga juga lah yang
mengelola TPA mandiri itu. Justru dengan begitu, pemerintah akan mendapat tamparan
keras dan seharusnya merasa malu sebab TPA itu seharusnya memang tanggunjawab
pemerintah.
sumber: berbagai sumber mulai dari
tanya atau mamang lihat langsung sendiri dan
knmbendungan.blogspot.com