Acara Seni Galura Lengser Mapag Pengantin Sunda di Kampung Gardu, Bendungan, Pagaden Barat, Kabupaten Subang.
Sampurasun …. Rampes ….
Hari Minggu Tanggal 11 Mei 2014 ( Pagi tadi sekitar jam 9 WIB, di Kampung saya, tepatnya di Kampung Gardu, Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, Indonesia, Merdeka.
Ada acara pernikahan, seperti biasa di pagi hari setelah melakukan Acara Akad Nikah, ada salah satu kesenian Sunda yang disebut dengan acara Mapag Pengantin laki – laki yang menggunakan kesenian adat, Seni Galura Lengser, Lengser itu yang identic dengan Orang yang berpenampilan tua dengan tugas mengatur jalannya upacara. Selain itu ada beberapa penari wanita biasanya dibawakan paling sedikit enam orang penari yang biasa disebut Tentang Tari Merak karena memakai busana / kostum menyerupai Burung merak, dan ada beberapa penari laki-laki sebagai penjaga raja yang biasa disebut PONGGAWA ini bertugas menjaga Raja dan ratu, terakhir penari dengan tugas sebagai pembawa payung untuk memayungi raja dan ratu.
Bahkan saya sudah sering membuat tulisan tentang Seni Galura Lengser di Blog Mang Yono dari mulai menulis tentang Seni Galura Lengser mapag pengantin di Binong, Subang, dan Seni Lengser perpisahan MTs Mekarwangi
sampai Seni Galura Lengser di Cikarang yang pesan via saya hehehe atau
kalau sobat mau lihat tentang Galura Lengser mapag pengantin yang di posting di blog saya.
Seni Galura LENSER ini berkembang pada masyarakat perkotaan yang memiliki kemampuan secara matrial, karena upacara ini agak sedikit mahal karena personil pendukungnya bisa mencapai 20 - 30 orang termasuk pemain music untuk mengiringi jalannya kesenian Galura Lengser ini. Kesenian Galura Lengser mapag pengantin ini makin diminati masyarakat perkotaan. Ups, tapi khan masyarakat saya berada di kampung heheheh. Ya sudah ini buat semua lapisan masyarakat saja. Kesenian Lengser ini menurut Masyarakat Perkotaan, merasa bangga dan terhormat ketika menikahkan anak-anaknya dengan menggunakan ritual adat asli daerahnya, sehingga bentuk kesenian yang disebut Prosesi Penyambutan Pengantin ini menjadi sebuah kebutuhan dalam seremonial Resepsi Pernikahan. Nanti deh saya juga kalau mau nikahkan anak saya mau pakai acara Seni Galura Lengser, kalau ada rejeki hehehe.
Sekarang masyarakat sudah tergolong dis integrasi budaya, dimana nilai-nilai lama yang baik hilang dan nilai-nilai baru yang baik tidak muncul, ini sudah terjadi pada masyarakat Jawa Barat. Karena Jawa Barat, adalah wilayah pertama yang di industrialisasi kan oleh pemerintah, sehingga pengaruh perkembangan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri baru, phenomena ini sangat sangat terasa sekali, kesenian tidak lagi menjadi acara ritual tapi lebih pada seremonial, sistem sosial masyarakat lebih konsumtif, instan serta terjadi krisis identitas.
Mungkin sekarang ini sudah mulai ada perkembangan ya. Saya merasakannya loh sesungguhnya kebudayaan dan kesenian khususnya di Jawa Barat sudah mulai mengalami krisis serius dan tidak secara signifikan untuk mencari solusi, akhirnya identitas kesenian dan kebudayaan Jawa Barat menjadi agak samar. Ruang pembahasan sekitar ritual pernikahan di Jawa Barat.
Baca : Seni Lengser perpisahan MTs Mekarwangi
Upacara Adat Pengantin Sunda, merupakan adaptasi atau bahkan reflikasi dari para kreator seni khususnya koreografer dan penggarap musik untuk mengangkat dan mengadaptasi Tradisi Kraton mungkin terinspirasi pada kerajaan Pajajaran yang meng-istilahkan bahwa Pengantin adalah Raja sehari, maka lebih pantas kalau Pengantin sebelum duduk di pelaminan disambut dengan prosesi seperti Penyambutan Raja dan Ratu ketika masuk ke dalam Keraton sebelum duduk di singasana.
Karena sifatnya kreasi, maka jenis dan bentuk upacara mapag panganten sunda ini banyak sekali gaya dan versinya sesuai keinginan para kreatornya. Secara umum versi yang berkembang mengangkat peran seorang sesepuh kerajaan yang disebut “Mang Lengser” bukan Mang Yono ya … heheheh.
Baca : Seni Lengser perpisahan MTs Mekarwangi
Upacara Adat Pengantin Sunda, merupakan adaptasi atau bahkan reflikasi dari para kreator seni khususnya koreografer dan penggarap musik untuk mengangkat dan mengadaptasi Tradisi Kraton mungkin terinspirasi pada kerajaan Pajajaran yang meng-istilahkan bahwa Pengantin adalah Raja sehari, maka lebih pantas kalau Pengantin sebelum duduk di pelaminan disambut dengan prosesi seperti Penyambutan Raja dan Ratu ketika masuk ke dalam Keraton sebelum duduk di singasana.
Karena sifatnya kreasi, maka jenis dan bentuk upacara mapag panganten sunda ini banyak sekali gaya dan versinya sesuai keinginan para kreatornya. Secara umum versi yang berkembang mengangkat peran seorang sesepuh kerajaan yang disebut “Mang Lengser” bukan Mang Yono ya … heheheh.