WINTER IN TOKYO
WINTER IN TOKYO
Blog Mang Yono dapat kiriman lagi dari sodari Kadek Nila Utami, Singaraja Bali. Setelah sebelumnya pernah mengirimkan Cerpen dengan judul Langit yang tersenyum. Ini merupakan cerpen kedua sodari Kadek Nila yang saya terbitkan di Blog Mang Yono ini. Terimakasih sodari Kadek Nila yang sudah mengirimkan cerpen ke email: yonokaryono8(at)gmail( dot)com.
Yuk, kita simak Cerpen yang berjudul: WINTER IN TOKYO karya Kadek Nila Utami.
WINTER IN TOKYO
Saya adalah seorang gadis berasal dari kota metropolitan Tokyo, berusia 23 tahun ( Geovana Aiko ), dalam perjalanan dari Rumania menuju Tokyo, saya bertemu dengan seorang pemuda yang memperkenalkan dirinya dengan nama John Hanz. Ketika itu, saya tidak mempunyai niat khusus untuk seorang pria seperti dia dalam menjalin sebuah hubungan serius dengan seseorang yang belum pernah sama sekali bertemu sebelumnya. Tapi kurasa hidup ini adalah seperti melewati sebuah waktu panjang untuk memiliki satu cara yang terkadang terlihat begitu aneh hanya untuk mendapatkan sedikit perhatian dari seorang pemuda seperti Hanz.
Gambar Ilustrasi mangyono.com
\
Baca juga : Misteri Bangku Sekolah Yang Kosong
Kesan pertama saya tentang dia adalah bahwa dia begitu concieted. Kami mengobrol tentang banyak hal hingga ke pengalaman terunik yang pernah masing – masing dari kami miliki. Sebenarnya tidak ada yang mengesankan dari semua ini, namun setelah sebulan berlalu, saya mendapat sepucuk surat dari dia. Dia menyelipkan lagu - lagu favoritnya yang kemudian menjadi lekat di kepala saya. Saya pikir itu lucu tetapi saya tetap tidak menunjukkan minat sampai beberapa minggu berlalu dan dia masih tetap menulis surat buat saya. Saya justru akhirnya menemukan bahwa Hanz adalah tipe seorang pemuda pemalu, cerdas dan sangat tampan. Ketika saya melihat dia melalui kamera komputer di kamar, saya menemukan bahwa ia semakin tampan melebihi saat pertama kami berjumpa di pesawat terbang dalam perjalanan kami dari Rumania menuju Tokyo. Selanjutnya pembicaraan sehari - hari kami menjadi sebuah kebiasaan rutin. Kami saling bertukar email dan pesan YM. Kami mengobrol selama 5 - 6 jam sehari. Bahkan saat ia sedang bekerja di toko bunga milik keluarganya, kita akan selalu berusaha untuk menemukan sedikit waktu supaya bisa berbicara. Meskipun perbedaan waktu yang ada, 5 jam bukanlah sebagai penghalang bagi kami untuk selalu menemukan cara dalam berbicara. Satu hari berlalu tanpa dia, terasa waktu berjalan sangat membosankan karena ia teramat menyenangkan dan saya kira dia juga menyukai saya sehingga kita dapat menikmati kebersamaan ini di telepon selama berjam - jam. Tak perduli tarif internasional berlaku sehingga tagihan telepon kami melejit. Kurasa, aku memang jatuh cinta untuknya. Dia adalah berkat di tengah - tengah badai yang sedang aku hadapi di rumah !
Saya berasal dari sebuah keluarga cukup terkenal di komunitas tempat tinggal kami, kota Tokyo. Ayah saya adalah seorang dokter dan ibu saya adalah seorang pendidik. Walaupun kehidupan kami sangat baik namun saya dilahirkan dengan memiliki masa kecil yang sedikit buruk. Kami 2 bersaudara dibesarkan sebagai saingan ( kakak saya bernama Michelle Aiko ). Ayah saya menyayangi saya, sementara ibuku merawat kakakku dengan sangat telaten. Namun seiring perkembangan waktu, hal itu terasa sulit untuk dilakukan terutama saat aku mulai tumbuh dewasa.
Ketika saya masih kuliah di Universitas Tokyo, kakak saya tiba – tiba kawin lari dengan seorang pemuda yang kurang kami tahu asal – usulnya. Itu adalah masalah paling besar terjadi sekitar 7 tahun yang lalu di komunitas saya. Aku harus menyelamatkan kehormatan keluarga kami dengan berusaha mencari tahu dimana keberadaan mereka setelah pernikahan secara diam – diam tersebut.
Dari kamar pribadi Michelle, aku mendapat sedikit petunjuk tetapi berarti penting, satu kota favorit dia semasa kuliah adalah Roma. Tanpa berpikir panjang lagi, saya memutuskan terbang ke sana tanpa memberitahu kepada Hanz.
Kota Roma.
Roma merupakan ibukota modern dari Italia. Kota ini mempunyai beberapa monumen kuno, gereja abad pertengahan yang sangat artistik, air mancur yang indah, museum, dan istana Renaissance. Roma cocok dijadikan sebagai kota metropolitan yang cukup ramai dan memiliki beberapa restoran terkenal dengan beragam aneka hidangan terlezat di dunia, dimana kehidupan malam di sini sangat sempurna bagi turis mancanegara yang berkunjung ke beberapa tempat wisata di Italia. Dua tempat favorit pengunjung, berada tepat di kota Roma adalah Vatikan dan Santo Petrus. Aku tiba tepat tengah malam pukul sembilan, segera mencari sebuah penginapan di salah satu hotel mewah, Camping Village Roma, Via Aurelia 831 Aurelio & Monteverde, Roma 165, Italia.
Belum mendapat satu petunjuk penting, aku melewati waktu dengan menyusuri indahnya malam kota Roma, mencari sebuah restoran untuk dinner. Adalah Pinsere Roma, sebuah restoran bergaya tradisional desa – desa di Jepang, berlatarbelakang pemandangan alam sebuah danau di kota Roma, sangat indah dengan staf yang ramah, harga yang wajar, dan tentu saja aneka hidangan Italia sangat lezat. Aku memesan Pizza Seafood Super ( Italia ) dan segelas Singapore Sling, merupakan campuran gin, brandy ceri dan benedictine yang dikocok dengan beberapa blok es batu. Penyajiannya dipermanis dengan tambahan soda, grenadine, jus nanas, atau cointreau, sesuai dengan keinginan pemesannya.
Pagi hari. Seperti mendapat semacam firasat bagus, aku melangkah ringan menuju ke salah satu kawasan wisata Roma yang berdekatan dengan wilayah negara Spanyol. Piazza di Spagna, merupakan gedung mewah yang dibangun pada awal abad ke - 17. Piazza ini dikelilingi oleh bangunan gereja Perancis kuno terletak di atas bukit dimana Anda bisa mencapainya melalui 187 anak tangga yang monumental. Kedubes Spanyol untuk Vatikan juga berkantor di Piazza ini.
Setelah abad ke - 17, Piazza Spagna dimasukkan ke dalam wilayah Spanyol. Dari atas bukit, Anda bisa sepuas hati melihat panorama kota Roma sungguh menawan hati akan keindahan alamnya yang romantis, terdapat jejeran butik - butik terkenal di sekitarnya, seperti Condotti yang menawarkan beragam produk kelas dunia antara lain Prada, Gucci, Ferragamo, Valentino, Armani dan Bvlgari.
Aku memilih untuk berbelanja ke salah satu butik mewah Valentino untuk melihat koleksi pakaian terbaru dari perancang busana terkenal itu. Di dalam ruang butik yang sejuk dan nyaman, aku terkejut sekali, rasanya ingin segera berlari ke dalam pelukan kedua orang tua kami di Tokyo. Aku bertemu dengan Michelle dalam balutan seragam butik, celana panjang blue jeans dan T - shirt putih bertuliskan Valentino, rupanya dia bekerja di sini !
Banyak cerita meluncur sangat cepat dari mulut Michelle dan aku hanya bisa diam tanpa bisa berkomentar apa – apa. Cinta di usia dini membuat kehidupan kakak satu – satuku ini berubah total dari yang seharusnya dia alami. Dia tinggal di sebuah apartemen sederhana terletak tidak jauh dari hotel tempat aku bermalam.
Adalah Joshep Math, suami pertama dari Michelle. Setahun mereka menjalani sebuah pernikahan dalam kondisi yang memprihatinkan, ternyata dia memiliki seorang wanita lain. Aku mulai lebih teliti memilah – milah cerita dia dan berusaha untuk mengerti potongan - potongan cerita tentang kisah pribadi mereka berdua di masa lampau. Ini adalah saat tersulit bahwa saya telah menemukan satu titik permasalahan penting. Selama ini, Math telah berbaik hati memberikan sikap kebaikan, kehangatan dan ketulusan yang benar – benar membuat kami semua percaya terhadapnya. Bahkan aku, percaya padanya lebih dari saya percaya kepada siapa pun dalam kehidupan ini.
Berarti akan ada 2 laki - laki penting di dalam hidup Michelle saat itu dan di masa depan. Aku pun bisa mengerti kondisi psikis yang telah dialami oleh kakak perempuan kami satu – satunya. Lalu aku memutuskan untuk tidak ikut campur lebih lanjut, dan besok malam aku berencana kembali ke Tokyo.
Musim salju di kota Tokyo.
Saya berhasil lulus dari Universitas Tokyo dan mendapat gelar sebagai seorang desainer profesional bertepatan dengan mulai turunnya hujan salju, dan musim dingin pun telah tiba. Butir – butir putih itu terasa begitu lembut perlahan jatuh dari langit. Ini adalah musim dingin pertama terjadi di kota Tokyo. Pohon - pohon Natal berjejer di pinggir jalan raya utama kota tertutup oleh salju tebal. Jalanan pun mulai licin untuk dilewati oleh pejalan kaki maupun mobil. Kondisi ini menciptakan suasana sedikit sunyi, hanya beberapa toko makanan kecil yang buka sampai larut malam, mungkin sekedar menanti kedatangan satu atau dua pembeli yang lewat.
Hingga di sore hari yang indah, dalam balutan dinginnya udara kota di musim salju, kami duduk di beranda rumah sambil menikmati lezatnya menu sederhana tea afternoon buatan ibu. Percakapan kami tiba – tiba beralih ke topik pernikahan, aku terdiam sejenak. Dalam hati memang ada satu keinginan untuk berbagi cerita mengenai seorang pemuda yang pernah aku kenal di pesawat beberapa bulan lalu, seperti indahnya kota Rumania dalam menyuguhkan pemandangan tak terlupakan yang bisa aku rekam, membuat musim salju kali ini terasa lebih lama dari musim – musim normal seperti tahun – tahun lalu, biasanya berlangsung tiga puluh tiga hari, namun kali ini salju masih turun dengan lebat sejak kuhitung … satu, dua, tiga hingga ke empat puluh tangan ini, salju tetap melayang ringan di udara menebarkan udara sejuk di sepanjang sore hari. Kami menghentikan percakapan ringan ini, aku berjalan keluar, tak perduli seberapa lebat salju turun membasahi taman bunga di halaman depan rumah kami yang sederhana, aku menuju ke garasi untuk mengambil sepeda hendak keliling kota menikmati dinginnya tetesan salju lembut. Bagi aku salju - salju itu merupakan mainan yang paling menyenangkan dikirim oleh Dia di surga.
Di depan restoran Mikawa Zezankyo, aku berhenti. Dengan arsitektur bangunan restoran bergaya klasik kuno, tempat ini menghidangkan beragam masakan lezat ala Jepang. Masakan yang disajikan disini, spesial adalah masakan tradisional, tapi dekorasi ruang dalam restoran lebih banyak memakai ornamen dari Eropa seperti barang - barang antik tradisional. Aku memilih untuk duduk di meja restoran paling pojok dekat dengan taman bunga. Aku membaca beberapa menu hidangan tradisional Jepang dengan pelan sambil sesekali berpikir mungkin rasanya cocok dengan lidah ini ? Ada yakisoba dan segelas susu segar. Baru akan memulai menyantap hidangan lezat di depan mata ini, tiba – tiba tanpa aku sadari, mataku melihat ke pintu restoran, seorang laki – laki sebaya aku melangkah ringan menuju ke salah satu meja di dekat jendela bagian depan restoran, seperti tersambar halilintar aku berusaha mengingat, rasanya pernah bertemu dan merasa dekat dengan dia meski hanya melalui potret ! Ya ….. aku ingat sekarang, dia adalah John Hanz, salah seorang teman korespondenku di YM.
Selama berbulan – bulan kami terpisahkan oleh jarak tempat tinggal yang berjauhan, saya justru lebih menemukan dia semakin dalam tertancap di kehidupan pribadi saya, dia adalah setitik harapan di sepanjang waktu ke depan hidup ini. Saya bisa berjalan melalui begitu banyak waktu dan saya berani memutuskan hanya dengan dia menjadi begitu dekat. Kami bisa menjalin hubungan lebih serius lagi tanpa harus melalui telepon atau YM, apalagi saat ini Hanz sudah bekerja di Tokyo sebagai seorang editor di salah satu majalah remaja. Inilah yang membuat hari – hari saya semakin indah dan tidak membosankan.
Tujuh bulan menjalani masa berpacaran, kami selanjutnya membuat satu rencana untuk melangsungkan pernikahan dan akan menetap di Thailand, karena saya memilih untuk membuka sebuah usaha butik bertaraf internasional di sana dan dia menyukai ide bagus ini.
Tidak ada hari yang lebih bahagia kami lalui berdua saat menjelang hari bahagia tersebut datang. Dan saya tidak ingin melaluinya hanya dengan berbicara, berjalan, tertawa dan berpelukan saja. Dia bukan hanya sebagai kekasih dan suami tercinta, melainkan Hanz adalah sosok seorang teman terbaik bagi saya. Aku bisa merasakan semacam cinta yang sebelumnya tidak pernah aku dapatkan dari siapa pun di sini. Jika aku bisa berharap untuk satu hari , saya benar - benar ingin menghabiskan hari itu dengan dia sambil saling meraba dan merasakan denyut jantung untuk mendengar dia bernapas. Aku merindukannya dan tidak akan ada orang lain di dunia ini yang bisa menggantikannya. Saya kira, itu karena Hanz adalah salah satu cinta sejati saya.
Penulis : Nila Utami
Marital status : Female
Studies : D3 Accounting Udayana University at Denpasar Bali
Hobby :Write and read
Home : Jl. Raya Sangsit gg. Bima no.1 dusun dinas Tegal Singaraja Bali
Anda Berminat menulis di Blog Mang Yono?. Untuk menyemarakkan Blog Mang Yono di dunia maya, Admin Blog Mang Yono menerima kiriman artikel dari pembaca untuk dipublish di Blog Mang Yono pada KIRIMAN SAHABAT. Bila Anda ingin mengirimkan tulisan dapat mengirimkan melalui e-mail (blogmangyono@gmail.com), bisa juga tulisan dikirim melalui pesan Facebook saya atau bisa juga tulisan diantar langsung ke Rumah saya hehehe. Anda Berminat menulis di Blog Mang Yono ?