Cerita Berburu Belalang di Kebun.
Cerita Berburu Belalang di Kebun.
MANGYONO.com - Belalang atau di daerah saya disebut dengan Simeut termasuk binatang yang cukup ekstrim dalam menghadapi situasi apapun sehingga mampu bertahan hidup serta berkembang biak dengan pesatnya.
Dulu waktu saya masih sekolah Sekolah Dasar... Ketika menjelang maghrib saya dan teman-teman sudah berkumpul di mushola, setiap hari kami mengaji disana, yaitu di mushola Assapaah, menyenangkan sekali rasanya, bisa ikut dan menambah pemahaman kami tentang al-qur’an.
Belalang Kunyit kalau ditempat saya disebut "Simeut Siloar". Belalang di pohon Rambutan.
Di desa kami mewajibkan anak-anak seumuran kami untuk mengaji, mulai mengaji Iqra, Al-qur’an, sungguh sangat menyenangakan setiap harinya bisa kumpul bersama teman-teman di mushola, terlebih lagi setiap malam minggu kami semua menginap disana, bermain petak umpet diantara sinar rembulan yang terang, bermain karet, hingga berburu belalang yang hasilnya kami makan dan kami goreng untuk makan bersama, maklumlah kalau malam hari perut selalu keruyukan jadi kami makan seadanya memanfaatkan yang ada Hehehe.
Malam minggu ini agendanya adalah berburu belalang, saya teman - teman merencanakan untuk berburu belalang, petromak, senter dan botol plastik untuk tempat belalang sudah kami persiapkan dari awal-awal. Peralatan yang kami bawa sudah cukup dan mantap dalam perburuan ini, aku membayangkan begitu nikmatnya belalang goreng yang dicocol dengan sambal yang di racik, sungguh menggiurkan selera, rasanya yang gurih ditambah dengan pedasnya sambal, dimakan berjamaah semakin menambah kelezatan yang ada. Malam itu kami semua memasuki kebun singkong dan kebun rambutan, biasanya belalang banyak sekali hinggap di pucuk-pucuk singkong dan pucuk rambutan.
Setiap mendapat hasil buruan kami masukkan ke dalam botol plastik tersebut. “Hati-hati teman-teman jangan sampai terjerembab ke kubangan air” kata Dede mengingatkan.
“Yon itu ada belalang ayo tangkap yon” kata Cemot sambil menunjuk kearah sebuah batang pohon rambutan.
“Ayo kamu tangkap, hati-hati jangan sampai kabur” kembali Dede mengingatkan.
Dengan hati-hati saya mendekati dahan rambutan itu, langkah kaki di pelankan sebisanya jangan sampai belalang, itu terusik karena kebaradaan saya saat ini, saya makin dekat kepohon itu dan mata saya juga melihat daerah sekitar dahan dahan rambutan jangan sampai tangan atau badan terkena ulat sereset.. Ulat yang begitu gatel dan perih bila terkena kulit... Namun tiba-tiba.
“Hatcih, hatchih… hatchih!!!” Cemot bersin tiga kali membuat belalang itu kaget dan langsung terbang, sayapun jengkel dibuatnya.
“Kamu itu Mot, padahal hampir kena tuh, kabur deh belalangnya” kata saya sambil mendorong Cemot.
“Eit-eit sudah jangan ribut, masih banyak di pohon-pohon berikutnya, kalau ribut terus bisa-bisa kabur nanti” kata Dede mengingatkan
“Ayo cari kepohon berikutnya” Ajak Botak.
Kami pun berpindah tempat, kembali dengan langkah yang hati-hati sekali.
“Nah itu sekarang gilirannya Botak, ayo tangkap, Cemot sorot dari sini pakai senter” Cemot mengiyakan perintah Dede, dengan hati-hati sekali dia mendekat pohon rambutan yang agak tinggi, dengan perawakan Botak yang jangkung Dede memang tepat untuk menyuruhnya menangkap belalang itu.
“Kena!!!” kata Botak spontan, aku pun kegirangan dibuatnya
“Mana Tak, mana!”kataku bersemangat sekali
“Ini ayo sinikan botol plastiknya, cepat” saya mendekati edi, membuka tutup botol plastik.
“Mana belalangnya, ini kan kayu!” kecewa lagi saya dibuatnya, ternyata yang dianggap belalang itu adalah sebatang ranting kering ditelapak tangan Botak.
“Mana Tak belalangnya?” Tanya Dede
“Kabur De hehehe” jawab Botak malu
“Kamu ini Tak, kayu kok disangka belalang” kata Cemot yang sama kecewanya dengan saya.
“Dari pada kamu, kerjanya bersin-bersin terus” kata Botak membela diri.
“sst jangan berdebat, nanti belalangnya pada kabur, sekarang gilirannya Bo'eng ayo tangkap tuh” kata Dede sambil menunjuk pohon singkong disebelahnya
“Iya De, nih lihat kalian jangan bisanya menyalahkan terus, lihat nih hasil tangkapan saya” kata Bo'engl menyombongkan diri, Bo'eng mengendap-endap mendekati pohon singkong itu, setelah dekat iapun menyergap dengan cepat, namun tiba-tiba saja.
“Aduhhhh kenaaa” Bo'eng mengaduh, dia mengangkat kakinya, kami dibuat heran olehnya, awalnya saya mengira samsul digigit ular, tapi kelihatannya dia mengangkat kaki, Dede pun terlihat ketawa terpingkal - pingkal.
“senter mana senter, cepat bawa kesini” aku menyerahkan senter ini ke Dede, setelah memeriksa kaki Bo'eng, Dede langsung menutup hidung.
“Bo'eng nginjek kotoran manusia teman - teman!.
“Teman - teman malam ini kita pulang saja ya, kita teruskan berburu belalangnya minggu depan” kata Dede melanjutkan, kamipun tak sampai hati melihat kaki Bo'eng yang belepotan, terpaksa kami pulang dengan tangan kosong
Setelah Bo'eng cuci kaki kami mengobrol diserambi mushola, saat itu sudah menunjukan jam sebelas malam, kami mengobrol. Beberapa menit kemudian, bi Anah emaknya Cemot menghidangkan sepiring singkong rebus untuk kami santap
“Teman - teman, untuk mengobati rasa letih kalian, emak sediakan singkong rebus special buatan bibi, ayo dimakan nak, mumpung masih angetan”. Bi Anah kemudian meletakkan piring-piring singkong rebus itu disusul kemudian dengan teh manis, dan buah rambutan menyenangkan sekali rasanya, dimalam minggu ini kami pesta kecil-kecilan, inilah pestanya santri yang penuh barokah, santri kalong.... Hahahaha.
Bersambung ke cerita selanjutnya.... Hehhe
“Yon itu ada belalang ayo tangkap yon” kata Cemot sambil menunjuk kearah sebuah batang pohon rambutan.
“Ayo kamu tangkap, hati-hati jangan sampai kabur” kembali Dede mengingatkan.
Ulat atau Hileud Sereset..
Ulat ini sangat gatal dan terasa perih kalau tena ke kulit kita.
Dengan hati-hati saya mendekati dahan rambutan itu, langkah kaki di pelankan sebisanya jangan sampai belalang, itu terusik karena kebaradaan saya saat ini, saya makin dekat kepohon itu dan mata saya juga melihat daerah sekitar dahan dahan rambutan jangan sampai tangan atau badan terkena ulat sereset.. Ulat yang begitu gatel dan perih bila terkena kulit... Namun tiba-tiba.
“Hatcih, hatchih… hatchih!!!” Cemot bersin tiga kali membuat belalang itu kaget dan langsung terbang, sayapun jengkel dibuatnya.
“Kamu itu Mot, padahal hampir kena tuh, kabur deh belalangnya” kata saya sambil mendorong Cemot.
“Eit-eit sudah jangan ribut, masih banyak di pohon-pohon berikutnya, kalau ribut terus bisa-bisa kabur nanti” kata Dede mengingatkan
“Ayo cari kepohon berikutnya” Ajak Botak.
Kami pun berpindah tempat, kembali dengan langkah yang hati-hati sekali.
“Nah itu sekarang gilirannya Botak, ayo tangkap, Cemot sorot dari sini pakai senter” Cemot mengiyakan perintah Dede, dengan hati-hati sekali dia mendekat pohon rambutan yang agak tinggi, dengan perawakan Botak yang jangkung Dede memang tepat untuk menyuruhnya menangkap belalang itu.
“Kena!!!” kata Botak spontan, aku pun kegirangan dibuatnya
“Mana Tak, mana!”kataku bersemangat sekali
“Ini ayo sinikan botol plastiknya, cepat” saya mendekati edi, membuka tutup botol plastik.
Yono tangkap belalang ... hehehe
“Mana belalangnya, ini kan kayu!” kecewa lagi saya dibuatnya, ternyata yang dianggap belalang itu adalah sebatang ranting kering ditelapak tangan Botak.
“Mana Tak belalangnya?” Tanya Dede
“Kabur De hehehe” jawab Botak malu
“Kamu ini Tak, kayu kok disangka belalang” kata Cemot yang sama kecewanya dengan saya.
“Dari pada kamu, kerjanya bersin-bersin terus” kata Botak membela diri.
“sst jangan berdebat, nanti belalangnya pada kabur, sekarang gilirannya Bo'eng ayo tangkap tuh” kata Dede sambil menunjuk pohon singkong disebelahnya
“Iya De, nih lihat kalian jangan bisanya menyalahkan terus, lihat nih hasil tangkapan saya” kata Bo'engl menyombongkan diri, Bo'eng mengendap-endap mendekati pohon singkong itu, setelah dekat iapun menyergap dengan cepat, namun tiba-tiba saja.
“Aduhhhh kenaaa” Bo'eng mengaduh, dia mengangkat kakinya, kami dibuat heran olehnya, awalnya saya mengira samsul digigit ular, tapi kelihatannya dia mengangkat kaki, Dede pun terlihat ketawa terpingkal - pingkal.
“senter mana senter, cepat bawa kesini” aku menyerahkan senter ini ke Dede, setelah memeriksa kaki Bo'eng, Dede langsung menutup hidung.
“Bo'eng nginjek kotoran manusia teman - teman!.
“Teman - teman malam ini kita pulang saja ya, kita teruskan berburu belalangnya minggu depan” kata Dede melanjutkan, kamipun tak sampai hati melihat kaki Bo'eng yang belepotan, terpaksa kami pulang dengan tangan kosong
Setelah Bo'eng cuci kaki kami mengobrol diserambi mushola, saat itu sudah menunjukan jam sebelas malam, kami mengobrol. Beberapa menit kemudian, bi Anah emaknya Cemot menghidangkan sepiring singkong rebus untuk kami santap
“Teman - teman, untuk mengobati rasa letih kalian, emak sediakan singkong rebus special buatan bibi, ayo dimakan nak, mumpung masih angetan”. Bi Anah kemudian meletakkan piring-piring singkong rebus itu disusul kemudian dengan teh manis, dan buah rambutan menyenangkan sekali rasanya, dimalam minggu ini kami pesta kecil-kecilan, inilah pestanya santri yang penuh barokah, santri kalong.... Hahahaha.
Buah rambutan dari bi Anah... Hehehe
Tidak jadi makan belalang goreng, kami makan singkong rebus buatan bi Anah yang enak itu..... Bersambung ke cerita selanjutnya.... Hehhe