Rindu Sawah Di Kampung
Sampurasun ... Rampes.
Blog Mang Yono. Para petani sebentar lagi akan memanen padi di sawah. Hari kira-kira masih pukul setengah sebelas. Belum terlalu panas.
Benar-benar pemandangan yang indah. Dalam ketenangan, hampir tanpa suara. Kaki dan tangan yang tangkas bergerak cepat tapi tepat. Hijau, kuning, coklat. Kuning cerah dengan latar belakang pepohonan yang kelihatan agak memutih. Satu dua pohon menjulang tinggi. Lihatlah saung / gubug di tengah sawah itu. Benar-benar eksotik.
Anak saya "Gugum" sedang menjaga tanaman padi dari serangan burung pipit.
Admin jadi ingat waktu masa kecil. Di waktu-waktu seperti ini, dulu sawah juga dipenuhi anak-anak. Mereka membantu orang tuanya memetik tangkai padi atau menjaga tanaman padi dari serangan burung pipit, tapi tentu saja, juga sambil bermain. Membuat SEMPRITAN ... Mencari batang padi yang paling bagus, paling besar, paling kuat. Batang padi dipotong satu ruas. Satu ujung berlubang, ujung lain dibiarkan bersama batas ruasnya. Di depat batas ruas inilah dibuat empat celah. Kemudian dengan hati-hati di tengah-tengah celah tersebut batang padi yang sudah terbelah empat dilipat keluar sehingga ketika terlipat membentuk sebuah palang. Lipatan dilepas, dan tibalah saatnya untuk mencobanya. Masukkan mulut dan tiup.... Dengar dan rasakan suara bunyinya. Preeeeeett ... proooo ... deeeet... Tiiiitttt. Teeettt. Tiiitttt. Teeettt. Sudah bagus? Kalau belum tinggal diatur kuat tidaknya lipatannya, karena itu akan menentukan lebar celah yang akan dihasilkan. Setel sampai benar-benar pas suara yang dihasilkannya. Tapi alat musik ini Cuma bisa bertahan satu hari, esoknya akan layu dan mengering.
Nah, kalau di Kabupaten Subang Sempritan ini bisa bertahan lama dan sekarang alat musik ini menjadi khas daerah Subang, yaitu dengan nama lain TOLEAT, tapi toleat dibuat dari bambu.