Menikmati Suasana Kampung bersama keluarga
Sampurasun ... Rampes.
MANGYONO.com – Di blog ini banyak hari-hari indah yang tak sempat tertuliskan, tapi saya berharap semua kisah hidup bisa terekam dalam sebuah cerita sedikit demi sedikit di blog ini
Hidup di kampungnya orang lain, jauh dari keluarga dan orang-orang terdekat di kampung, membuat saya selalu merasa gelisah.
Kadang-kadang saya berpikir "Apa sebetulnya yang saya cari, hingga saya rela meninggalkan anak dan istri di kampung kelahiran?". Bahkan di daerah ini pun tidak jauh berbeda dari kampung halaman sendiri. Yang membedakan cuman identitas Kota Metropolitan dengan Desa, Selebihnya bahkan dikampung terasa lebih baik dan lebih damai.
Suasana di kebun blok Tegalsungsang, Pagaden Barat, Subang
Bukan tidak mungkin, hidup di kota besar, yang sebagian besar penghuninya bersifat cuek ini seringkali membuat kita sulit menjalani pertemanan antar tetangga sekalipun.
Suasana Jakarta. Foto jepretan admin di Podomoro City
Hidup di kampung orang lain memang membutuhkan kekuatan dan jiwa yang besar. kita harus bisa melakukan dan merasakan apa yang tidak pernah kita rasakan di kampung sendiri. Bukan nikmatnya, tetapi penderitaannya.
Saya termasuk karyawan yang tipe pekerja P-9 # Pergi Pagi Pagi, Pulang Petang Petang, Pendapatan Pas Pasan#. Maklum lah jadi kuli di Jakarta, keinginan untuk bekerja di kampung sempat saya sampaikan kepada pendamping hidupku. Dan dengan semangat dia mengatakan Ayo!!, dengan senang hati bekerja di kampung, tapi kerja di kampung paling juga bertani, tapi mudah-mudahan keinginan ini suatu saat nanti akan terlaksana. Tinggal di kampung sudah terlaksana tinggal bekerja di kampung yang belum terlaksana, di kampung memang suasana yang damai,udara yang sejuk, penduduk yang ramah. Dan jika memang kelak ini terjadi, saya harus mengatakan .... Selamat Tinggal Jakarta.
Berbeda sekali dengan di kampung halaman ... Suasana sangat sejuk dan udara juga terasa lebih segar dibandingkan udara perkotaan yang banyak mengandung asap pembakara dari kendaraan di jalan-jalan raya.
Menikmati Mumuluk ( makan di pagi bersama Gigin, Gugum dan istri) di Kampung
Semua warga di kampung saling tolong menolong sesama lain, gotong royong... “Ringan sama dijinjing berat sama dipikul, kalau kelewat berat ya lemparin saja .. hehehe... sebagian besar warga berkerja sebagai petani untuk mencari nafkah. Yaitu Dusun Gardu di daerah Pagaden Barat, Subang Propinsi Jawa Barat.
Gotong royong membangun Mesjid Assyafa’ah, Kp. Gardu, Ds. Bendungan, Pagaden Barat, Subang.
Setiap hari minggu makan lesehan di depan dapur terbuka sambil merasakan hembusan angin yang masih terasa sejuk, suasana yang tentram dan damai. Ini pasti menjadi dambaan setiap orang yang hidup di kota-kota besar. Apalagi hidup di suasana dan hiruk pikuknya Ibu Kota Jakarta, pasti suasana seperti itu sangat di dambakan. Tidaklah mengherankan kalau datang libur panjang, warga kota yang mempunyai uang cukup, pasti melakukan perjalanan luar kota atau rekreasi... Nah, kalau admin setiap malam minggu mesti pulang kampung. Tujuannya hanya satu mencari suasan baru dan ketenteraman hati.... Berkumpul dengan keluarga ...
Saya kalau di kampung masak nasi masih menggunakan kayu bakar
Memanglah sangat layak untuk dicari. Untuk apa punya mobil lebih dari satu, rumah mewah di mana-mana akan tetapi kalau hatinya tidak tentram pasti tidaklah nyaman. Cobalah tanya kepada orang kaya, yang hatinya selalu diselumuti gundah, selalu resah, apakah hidupnya tenang? Pasti jawabannya Tidak. Namun jangan coba pertanyaan itu dilemparkan kepada saya. Karena saya belum merasakan kaya, he he he.