--> Skip to main content

Harga – harga melambung tinggi daging tak terbeli

Sampurasun ... Rampes.

MANGYONO.com – Harga – harga melambung daging tak terbeli... Ya sudah... tahukan sajah.. hehehe

Akhir – akhir ni masyarakat Indonesia diributkan oleh harga yang melambung tinggi. Rasanya kisruh melambungnya harga bahan pangan gila-gilaan bukan baru kali ini saja terjadi di negeri penuh permainan ini. Sebelumnya pun harga – harga melonjaknya seperti daging sapi, daging ayam 

Lalu, apa dampaknya bagi kaum Emak - emak?.  Memasak apapun tentu butuh bumbu dan bahan yang akan dimasak. Kalau bumbu dan bahan yang akan dimasak mahal, jelas anggaran belanja naik. Padahal kalau sehari-hari memasak 2 macam lauk plus sayuran, kita butuh setidaknya 5-6 siung bawang putih dan bawang merah kira-kira 8-10 siung. Belum lagi bawang goreng untuk taburan masakan agar aromanya lebih kuat. Bisa-bisa, anggaran untuk bumbu saja seminggu naik Rp. 20.000,- (asumsinya konsumsi bawang putih dan bawang merah seminggu seperempat kilogram). Bukan jumlah uang yang sedikit di jaman serba sulit.

Harga – harga melambung tinggi daging tak terbeli
Harga – harga melambung tinggi daging tak terbeli... Ya sudah... tahukan sajah.. hehehe

Itu baru hitung-hitungan anggaran belanja dapur keluarga sedang. Bagaimana kalau keluarga besar? ... Ya, tinggal hitung aja sendiri ... Hehehe.

Lain lagi trik pedagang daging sapi. Melambungnya harga daging sapi, membuat permintaan konsumen menurun karena tak terjangkau isi kantong mereka. Akibatnya banyak daging tak terjual habis. Tentu pedagang tak ingin rugi bukan? Acara “Reportase Investigasi” di Trans TV pekan lalu menayangkan kiat pedagang daging sapi nakal. Daging yang sudah hampir membusuk berwarna kebiruan dan dikerumuni lalat cukup ditaburi dengan boraks dan sendawa, dalam waktu sekejap berubah warna jadi merah segar dan kenyal kembali. Tinggal dimasukkan ke lemari pendingin, siap untuk dijual lagi esok harinya. Harganya lebih murah dari harga normal tak mengapa. Pembeli dalam jumlah besar tentu senang bisa mendapatkan daging “segar” harga murah. Tapi ketika dibawa ke laboratorium, jumlah bakteri dan kuman yang ada di dalam daging itu jauh di atas ambang batas, bahkan sampai berpuluh kali lipat dari jumlah bakteri yang ditolerir.... iiih... Ngeriiii...

Kenaikan harga ini terjadi diseluruh Indonesia, semua merasakannya. Kita bisa saja marah pada Pemerintah yang tak becus mengendalikan harga dan menjaga ketersediaan pasokan bahan pangan. Tapi toh kenaikan harga tetap harus kita tanggung bukan? Maka, makin mahal harga bahan baku makanan, makin kurangilah beli makanan di luar. Masak sendiri, sedikit mengurangi bumbu tak apalah. Dari biasanya memasak daging sekarang memasak tahu kuning gak apalah... hehehe

Untuk memasak tahu kuning pun pakai cara sederhana saja... seperti resep saya di tulisan yang berjudul " Cara memasak sayur tahu kuning warteg "

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments