Seni Rengkong kesenian asli Sunda
Seni Rengkong kesenian asli Sunda
Seni Rengkong merupakan kesenian asli Sunda yang lahir dari budaya masyarakatnya agraris. Sejak dahulu bumi Parahyangan ini menjadi “lumbung padi” bagi masyarakat nusantara, khususnya di Pulau Jawa. Nah, dari budaya masyarakat agraris inilah yang kemudian menghasilkan berbagai kesenian tradisi, salah satunya kesenian Rengkong.
Sedangkan nama Rengkong diambil dari nama alat yang dahulu digunakan untuk menanggung / memikul padi yang masih ada tangkainya lalu diikat “Pocong”.
Memikul padi pakai Rengkong. Dulu, tanaman padi tinggi-tinggi. Orang menuainya dengan ani-ani. Bulir-bulir padi itu lalu diikat kecil-kecil (di-“pocong”). “Pocongan” padi ini lalu diikat lagi, pakai tali dari bambu, menjadi ikatan besar yang disebut “geugeusan.” “Geugeusan” padi ini yang dijemur, lalu disimpan di “leuit” lumbung padi.
Baca juga :
Rengkong yaitu pikulan terbuat dari dari sebatang bambu gombong dengan panjang sekitar 2 Meteran. Kedua ujung bambu gombong tersebut terbuka (tidak tertutup oleh ruas bambu). Dari ujung pikulan dari jarak 30 Cm dilubangi menyerupai kentongan dengan panjang lubang sekitar 40 Cm. Terus tambang ijuk yang panjangnya sekitar 2,5 meter berfungsi sebagai pengikat padi padi/gabah yang masih ada tangkainya digantungkan pada sebatang bambu gombong yang berfungsi sebagai pikulan. Kemudian, padi yang beratnya sekitar 20 kilogram tersebut sebagai beban pikulan Rengkong. Dan, minyak tanah berfungsi sebagai pengesat gesekan antara tali dan pikulan. Bambu pemikul padi tersebut akan menghasilkan suara yang unik hasil dari pergesekan tali injuk dengan bambu. Sehingga suara gesekan tersebut menghasilkan bunyi yang nyaring. Suara tersebut akan terdengar menarik dan meriah jika rengkong yang dimainkan dalam jumlah banyak.
Nanti katanya tanggal 5 April 2016 di acara HUT Kabupaten Subang kesenian Rengkong akan menyabet Rekor MURI .... Tong hilap nonton dan hadir nyak... :)