Cerita anak burung pipit
Sampurasun ... Rampes.
Cerita anak burung pipit
MANGYONO.com - Tiga ekor anak burung pipit sedang bercanda. Ibunya sedang pergi mencari makan. Mereka tinggal sarang diatas pohon Sengon yang tinggi, tak jauh dari saung petani.
Angin berhembus cukup kencang. Pohon sengon bergoyang ke kanan dan ke kiri, membuat ketiga anak burung itu ketakutan.
“Taaakuuuut…..!” teriak Ani, pipit yang paling kecil.
“Aku juga takuuut,” timpal Ana, kakaknya.
Anak burung pipit disarang
Ketiga anak burung itu lalu saling berangkulan. Ternyata cuaca semakin buruk. Cahaya petir membuat langit terlihat terang sekali. Tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh dan ledakan yang dahsyat.
Gleedaaarrrrrr ! daaar!...daaar!…..Praaak ! Cabang pohon penyangga sarang burung itu patah terkena petir. Terlihat asap mengepul dari pangkal dahannya.
Sarang burung pipit dipohon sengon.
“Tooloong !” teriak anak-anak burung, ketika dahan pohon itu patah dan jatuh menghempas bumi. Suasana mencekam. Tidak terdengar lagi suara dari sangkar burung itu. Sementara air hujan mulai jatuh membasahi bumi.
“Aduuuuh…kenapa ya ? ” Depa, terbata-bata. Terlihat ke dua adiknya terkulai lemas dihadapannya.
“Banguuun dik! ….ayoooo bangun !” teriak Depa membangunkan adiknya. Perlahan-lahan kedua adiknya tersadar dari pingsannya. Mereka menangis dan saling berpelukan.
“Laaapaaar …..aku lapar kak..huu..huu..” terdengar suara Ana menangis.
“Aku juaagaaaa….” sambung Ani si bungsu sambil memegang perutnya.
“Sabaaar ya dik, sebentar lagi juga mama datang membawa makanan untuk kita,” bujuk Depa pada kedua adiknya.
Hujan tidak kunjung reda. Semua anak burung itu menggigil kedinginan dan kelaparan. Ibu mereka belum juga datang.
“Kak Depa, aku lapar sekali ?” keluh si bungsu.
“Betul kak, aku juga lapar….hu..hu..hu,” timpal Ana mengamini.
“Sudahlah dik, jangan nangis terus. Kata mama, kita harus belajar mandiri,” jawab Depa tegar.
“Ayo kita keluar dari sarang, mencari makan sendiri ..”, ajak Depa. Hanya Ana yang bersedia ikut, sedangkan Ani tidak mau karena takut.
Lalu keduanya memungut makanan untuk dibawa ke sarang. Mereka disambut gembira oleh Ani adiknya. Ketika Ana menyuapi adiknya, tiba-tiba sarang mereka tertutup bayangan hitam. Sarang mereka lalu bergoyang keras, membuat mereka semua bergelimpangan di dalam sarang. Apa yang terjadi ? Ternyata sarang mereka diangkat oleh petani
“Ohhh…..mengapa kalian ada disini?” tanya petani.
“Kami kecelakaan mang, sarang kami jatuh karena petir,” jawab Depa mewakili adik-adiknya.
“Ya mang, bantu kami agar sarang ini bisa ada diatas pohon lagi,” sambung Ana.
“Ya…yaa….nanti mamang bantu. Tapi, mama kalian kemana ?” tanya kakek petani.
“Mama sedang cari makan buat kami mang,” jawab Depa dan Ana serentak.
“Kalian sabar aja ya, mama kalian pasti kembali,” hibur petani itu. Petani lalu mengembalikan sarang burung itu ke dahan lainnya.
Baca juga :
Cerita berburu telur burung Pipit, Anak burung, Sarang burung pipit
Cerita berburu burung dengan Bandring / Ketapel
Berburu burung puyuh di kebun
Cerita Berburu Belalang di Kebun.
Baca juga :
Cerita berburu telur burung Pipit, Anak burung, Sarang burung pipit
Cerita berburu burung dengan Bandring / Ketapel
Berburu burung puyuh di kebun
Cerita Berburu Belalang di Kebun.