--> Skip to main content

Para petani Pagaden Barat kesulitan air untuk garap sawah

Para petani Pagaden Barat kesulitan air

MANGYONO.com - Para petani Tegalsungsang, Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat Kabupaten Subang sudah mulai "Tebar" semai benih. Namun bukan berarti ketersediaan air bagi areal lahan pertanian tercukupi, tapi masih kekurangan air.

Bibit / benih padi di pawinian / penyemaian.
Bibit / benih padi di pawinian / penyemaian.

Para petani di desa tersebut kembali memanfaatkan pompa air. Terlebih pasokan air dari Tanggul Leuwinangka masih terkendala... Proyek pembuatan Tanggul belum selesai. Bahkan tanggul sementara pun sudah beberapakali jebol karena gak kuat menahan derasnya air sungai Ciasem.

Salah seorang petani di Tegalsungsang, Nurja (61) mengatakan, musim kemarau kali ini dirinya sengaja tidak mengganti padi dengan tanaman palawija. Alasannya, lahan yang dimilikinya seluas hampir satu hektare tetap ditanami padi lantaran hasil produktivitas panen masa tanam sebelumnya kurang begitu maksimal.

Oleh karena itu, musim ketiga (kemarau) kali ini dirinya sengaja kembali menanam padi terlebih risiko yang dihadapi sudah menjadi pertimbangan dirinya. 

“Untuk itu, pertimbangan ini saya jalankan tetapi harus ada sarana seperti pompa penyedot air. Namun kondisi ini sedikitnya membuat saya kerepotan karena ketersediaan air sangat sulit didapat,” tuturnya kepada menantunya ... Eh, admin mangyono.com ... Hehehe.

Menurut Nurja, pasokan air dari Sungai Ciasem, Bendungan Macan dimanfaatkan para petani setempat dengan menggunakan pompa penyedot. Modal yang dikeluarkan petani pun sangat tinggi karena harus membeli pertamax (dipengecer daerah Subang tidak ada yang jual premium) dengan jumlah takaran cukup banyak.



Sawah belum diolah karena masih susah air
Sawah belum diolah karena masih susah air


Ia mengakui, dari luas areal pertanian miliknya saja bisa menghabiskan 12 liter pertamax dalam satu hari atau semalam. Jika dikalkulasi, biaya yang dikeluarkan dirinya pada musim kemarau kali ini sebanyak Rp 3 jutaan.

“Biaya segitu berikut biaya perawatan seperti pupuk sampai dengan modal untuk pompa penyedot air yang sehari semalam menghabiskan 8 liter pertamax. Itu belum tentu bisa balik modal saat panen mendatang karena pertumbuhan padi tidak normal akibat kurangnya ketersediaan air,” ujarnya.

Akibat terganggunya sarana irigasi membuat petani harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk pemanfaatan pompa penyedot air guna areal lahan pertaniannya. Soal jenis tanaman yang dipilih para petani di musim kemarau kali ini yaitu jenis padi Mekongga.
 
“Karena namanya juga petani terus memanfaatkan lahan pertaniannya daripada dibiarkan tidak digarap. Memang seharusnya para petani dimusim ketiga itu menanam jenis tanaman palawija. Tapi sama saja menanam palawija juga perlu pengairan yang cukup" Pungkasnya.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments