Ruwatan Bumi di Desa Bendungan, Pagaden Barat, Subang
Sampurasun ...
Ruwatan Bumi di Desa Bendungan, Pagaden Barat, Subang
MANGYONO.com - Sampai saat ini masyarakat diberbagai desa di wilayah Subang masih menjalankan tradisi peninggalan nenek moyang yang telah berjalan sejak ratusan tahun yang lalu.
Tradisi di maksud adalah berupa upacara Ruwatan Bumi, yaitu ritual manifestasi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang telah diperoleh dari hasil bumi. Ruwatan berasal dari kata Ruwat atau ngarawat (bahasa Sunda) yang artinya memelihara atau mengumpulkan. Makna dari mengumpulkan adalah mengajak masyarakat seluruh kampung berikut hasil buminya untuk dikumpulkan, baik yang masih mentah maupun yang sudah jadi atau dalam taraf pengolahan.
Tujuannya dari Ruwatan Bumi selain rasa syukur tadi sekaligus sebagai tindakan tolak bala dan penghormatan terhadap para leluhur. Pelaksanaan ruwatan bumi biasanya masing-masing daerah memiliki ciri sendiri-sendiri, namun pada intinya mereka melakukan ritual keagamaan yang kental dengan peristiwa budaya.
Pelaksanaan ruatan bumi ini biasanya setelah musim panen tiba diwilayah atau tempat tinggal admin. Setelah panen, kemudian melaksanakan ruwatan bumi agar panen berikutnya bagus. Di daerah Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, Subang, Jawa Barat, ruwatan bumi masih dipelihara dan dijalankan oleh masyarakat setempat susai yang diwariskan orang-orang tua dahulu.
Bahkan oleh Pemerintah Kabupaten Subang dijadikan agenda buadaya dan parawisata. Ruwatan bumi memang sangat unik dan menarik karena kekuatan tradisi di masa lalu yang terus terpelihara dengan baik. Ditengah modernisasi dan arus globalisasi yang sulit untuk dibendung, ruwatan bumi tentu saja menghadapi ancaman menuju kepunahan. Di beberapa tempat sudah mulai hilang. Dengan dipimpin tetua kampung, warga setempat berkumpul dan berkeliling kampung, yang biasa disebut "arak - arakan".
Arak - arakan itu skaligus digunakan untuk bersilaturahmi diantara warga, karena sambil berkeliling kampung sambil bersilaturahmi, warga yang tak ikut berkeliling berjejer di tiap gang yang diatas gang tersebut digantung hasil bumi.. Hasil bumi yang digantung diambil berebut pas rombongan arak - arakan lewat, tak hanya itu rombongan arak - arakan pun diguyur air se ember.. Tujuannya supaya kampung itu dingin, subur makmur dan dijauhkan dari kemarau panjang.. Bahkan, biasanya kepala desa diceburkan ke sungai... Hehehe.
Ruwat Bumi merupakan kegiatan tahunan yang digelar warga di Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat. Hasil bumi yang digantung ada kacang panjang, pisang, singkong, mangga, jeruk bali, petai, nangka, terong dan lain - lain.
Ruwatan Bumi di Desa Bendungan, Pagaden Barat, Subang
Tujuannya dari Ruwatan Bumi selain rasa syukur tadi sekaligus sebagai tindakan tolak bala dan penghormatan terhadap para leluhur. Pelaksanaan ruwatan bumi biasanya masing-masing daerah memiliki ciri sendiri-sendiri, namun pada intinya mereka melakukan ritual keagamaan yang kental dengan peristiwa budaya.
Pelaksanaan ruatan bumi ini biasanya setelah musim panen tiba diwilayah atau tempat tinggal admin. Setelah panen, kemudian melaksanakan ruwatan bumi agar panen berikutnya bagus. Di daerah Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, Subang, Jawa Barat, ruwatan bumi masih dipelihara dan dijalankan oleh masyarakat setempat susai yang diwariskan orang-orang tua dahulu.
Warga ibu - ibu dan anak - anak berjejer dipinggir jalan
Bahkan oleh Pemerintah Kabupaten Subang dijadikan agenda buadaya dan parawisata. Ruwatan bumi memang sangat unik dan menarik karena kekuatan tradisi di masa lalu yang terus terpelihara dengan baik. Ditengah modernisasi dan arus globalisasi yang sulit untuk dibendung, ruwatan bumi tentu saja menghadapi ancaman menuju kepunahan. Di beberapa tempat sudah mulai hilang. Dengan dipimpin tetua kampung, warga setempat berkumpul dan berkeliling kampung, yang biasa disebut "arak - arakan".
Arak - arakan itu skaligus digunakan untuk bersilaturahmi diantara warga, karena sambil berkeliling kampung sambil bersilaturahmi, warga yang tak ikut berkeliling berjejer di tiap gang yang diatas gang tersebut digantung hasil bumi.. Hasil bumi yang digantung diambil berebut pas rombongan arak - arakan lewat, tak hanya itu rombongan arak - arakan pun diguyur air se ember.. Tujuannya supaya kampung itu dingin, subur makmur dan dijauhkan dari kemarau panjang.. Bahkan, biasanya kepala desa diceburkan ke sungai... Hehehe.
Warga Dusun Gardu ibu - ibu, eteh - eteh dan anak - anak siap - siap dibawah gantungan hasil bumi... Incaran sayah mah Pete dan Nanas ... hahaha
Ruwat Bumi merupakan kegiatan tahunan yang digelar warga di Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat. Hasil bumi yang digantung ada kacang panjang, pisang, singkong, mangga, jeruk bali, petai, nangka, terong dan lain - lain.
Menuju Gg. Blok Madrasah, Dusun Gardu, Desa Bendungan
Kini di daerah lain tak ada lagi peristiwa seperti itu. Selain akibat modernisasi dan arus globalisasi, dibeberapa tempat disebabkan oleh larangan dan pemahaman agama yang semakin tinggi. Ada diantara daerah yang sama sekali menghentikannya karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Bisa jadi begitu mengingat upacara ruwatan bumi sangat kental dengan dupa dan kemenyan yang oleh sebagian kalangan dinilai berasal dari ajaran Hindu atau Budha.
Iring - iringan / arak - arakan Ruwatan Bumi. Anak admin baju item sebelah kiri pegang pete sambil digendong mamahnya ...
Ini hasil bumi yang admin dapat, sambil gendong si dedek Gigin, sambil pegang kamera ... satu, dua.. tiga... lompat ambil gantungan buah ini hahaha